Foto by: Ardianto
Acara sebenarnya sudah dimulai sejak pukul 9 pagi, namun saya dan kawan-kawan baru tiba di venue sekitar pukul 3 sore, banyak band-band yang sangat ingin saya lihat terlewat seperti Raja Singa, Something Wrong, A.L.I.C.E, Extreme Decay, Matius III:II aaaah sungguh sangat disesalkan memang, tapi ya sudahlah kalo kata bondan mah hahaha! toh masih ada acara puncak, DEATH ANGEL & KATAKLYSM yeaay!

Enforce (AUS) langsung menyambut kedatangan kami di stage C, sayang penampilan mereka kurang maksimal, sang drummer beberapa kali kehilangan tempo mungkin karena monitor di atas panggung yang kurang baik. Sound yang keluar pun terdengar biasa-biasa saja untuk band bertaraf intrernasional, yaah wajar saja mungkin karena mereka datang tidak membawa crew. Alhasil saya hanya mengikuti mereka sampai beberapa lagu saja dan memilih untuk melihat booth merch. Hmmm ngiler anjis!, macam-macam merch terutama kaos-kaos band local maupun luar mentereng terpajang disana dan ori pastinya, sayang saya hanya membawa sedikit uang huhu. Saya kemudian beralih ke stage B, ada band brutal death metal asal Swedia “Deranged” yang sedang bersiap untuk membakar suasana sore itu. Deranged adalah salah satu band yang ditunggu-tunggu penampilannya hari itu, pasalnya mereka baru saja merilis album ke 8 nya. Penampilan mereka cukup impresif meski tanpa didampingi sang vokalis yang tidak hadir, alhasil sang gitaris menggantikan perannya sore itu, beberapa nomor dari album baru mereka pun turut dibawakan. Turut terlihat pula dalam kerumunan para punggawa Burgerkill yang juga menyaksikan penampilan band asal swedia tsb. Setelah Deranged panitia memberikan waktu jeda untuk menghormati umat muslim yang beribadah, karena lokasinya juga yang berdekatan dengan masjid.

Usai jeda maghrib dan isya perhatian mulai terfokus pada stage A yang merupakan panggung utama Rock In Solo kali ini. Oathean (dulu Odin), band melodic black metal asal korsel membuka menu utama malam itu. Ahhh sayang, suara kick drum sempat tidak keluar di beberapa lagu awal, cukup mengganggu memang. Lanjut setelah Oathen turun, ada Down For Life! yeay penampilan mereka pun sontak disambut dengan riuh ‘Pasukan Babi Neraka”. Mereka merupakan band tuan rumah yang memang selalu menjadi langganan dalam perhelatan Rock In Solo ini, kenapa? Ya karena Adjie sang vokalis merupakan salah satu pencetus dibalik lahirnya RIS itu sendiri, jadi wajar saja. Crowd menggila! Stage dive, circle pit, wall of death yeaaah the kids are getting nuts whenever this band started to play their song! Ya sungguh penampilan yang maksimal dari Down For Life, cuma ada yang sedikit mengganggu saya, suara bass yang terlalu cempreng dengan volume yang memekakan telinga, entah emang karakternya yang seperti itu, tapi jujur buat saya sangat sungguh mengganggu, saya bahkan beberapa kali menutup telinga saya.

Selanjutnya ada Burgerkill!! Band yang sedang hangat-hangatnya menjadi buah bibir di Indonesia karena baru saja merilis album barunya “Venomous”. Mereka memulai penampilannya dengan sebuah nomor dari album baru mereka Age of Versus, Woooo gila, ngga salah kalo mereka mendapat predikat band cadas paling berbahaya di Indonesia! tampak terlihat juga Bassist dari KOIL turut membantu BK dalam memainkan efek-efek dan sampling malam itu, woaa bener-bener maksimal! bertubi-tubi setelahnya mereka layangkan perpaduan song list mulai dari album lawas hingga album terbaru mulai dari Under The Scars, Through The Shine, Penjara Batin, Shadow of Sorrow, House of Greed dan Akhirnya penampilan mereka ditutup dengan Darah Hitam Kebencian yeaah sungguh sangat klimaks penampilan mereka malam itu. Tanpa diduga ternyata Walikota Solo turut hadir dalam Rock In Solo kali ini, beliau memang sangat mendukung sekali terselenggaranya salah satu festival musik terbesar di Indonesia ini. Bahkan ketika ditanya siapa artis luar yang ingin beliau lihat di Rock In Solo selanjutnya, beliau menjawab "Ya kalau panitia sanggup, saya mau Lamb Of God atau Metalicca" Damn You Rock Sir! \m/ haha. 

Yeaaah saatnya menu utama malam ini, Kataklysm!! ada yang special dari penampilan mereka malam itu, selain ini adalah penampilan perdana mereka di Indonesia, tapi juga karena turut sertanya seorang dokumenter bersama mereka yang akan mendokumentasikan penampilan mereka di Rock In Solo kali ini untuk di masukan dalam DVD Kataklysm, awesome! Jreeng mereka memulai penampilannya disambut riuh penonton, hmmm sayang hingga 3 lagu awal, mereka tampak masih mengalami kendala di atas panggung, beberapa kali kick drum terseret maju karena tak kuat membendung power sang drummer. Sang vokalis akhirnya minta di beri waktu untuk melakukan setting ulang "Give us a minute to fix this problem, and i promise you we'll give you the unforgetable show ever!", and he's not lying! mereka membayar lunas janjinya itu, sound yang maksimal, permainan yang apik dan rapih, meski tanpa didampingi crew-crew mereka tapi menurut saya penampilan malam itu sangat mantap! mereka menutup penampilan mereka dengan lagu Push The Venom, yang memang ditunggu-tunggu oleh para metalhead malam itu! Jeda sejenak terjadi kembali usai Kataklysm mengakhiri penampilannya, rupannya Headliner RIS kali ini sedang bersiap-siap, ya mereka adalah Death Angel!!! setelah hampir setengah jam menunggu tiba-tiba muncul sebuah tayangan trailer  film dokumenter tentang Death Angel, yang kemudian diikuti munculnya para punggawa Death Angel secara berturut-turu. Woo It's show time! Satu kata tentang band ini, Berkelas! Permainan kedua gitaris mereka yang apik, saling bergantian mengisi part-part di lagu mereka menyihir ribuan penonton yang hadir malam itu, walaupun moshpit yang sudah kelelahan sebelumnya, juga jumlah penonton yang sudah berkurang tapi tak membuat Legenda Thrash Metal Bay Arena ini mengendorkan penampilannya. 14 lagu mereka geber malam itu, hingga akhirnya ditutup oleh sebuah lagu berjudul Thrown To The Wolves. Sungguh suguhan yang sangat klimaks di akhir acara ini, walaupun tenaga habis terkuras, cape memang tapi puas dan bangga bisa jadian dari sejarah Rock In Solo! yang saya salut dari acara ini adalah bahwa acara ini dapat berjalan tanpa diwarnai kerusuhan, inilah bukti bahwa sebuah pertunjukkan musik cadas itu tidak identik dengan kerusuhan. Okay sampai jumpa lagi di Rock In Solo berikutnya semoga saya masih bisa menjadi bagian dari sejarah salah satu festival musik terbesar di tanah Jawa bahkan di Indonesia ini. Adios! (apg)